Alasan yang sesungguhnya


Aku sebenarnya pria yang gagah – tapi hanya di waktu-waktu tertentu. Hhaha… Dan aku mengamininya. (*terserah orang lain mau berkata apa) itu pendapatku. “Siapa lagi yang mau memujimu kalau bukan dirimu sendiri?”. Demikian kata guru bahasa Indonesia-ku saat masih duduk di bangku sekolah menengah atas. 

Berambut gelap dan lurus, berkulit sawo matang hampir kuning(?), seorang laki-laki bermata hitam dengan lengan berukuran dibawa standar. Tidak ideal samsekali. Ia adalah lelaki yang sulit mengekspresikan emosi dengan kata-kata, pendiam yang kini belajar cerewet, seperti seorang bocah yang mengantuk – dulunya. 

Alasan yang sesungguhnya dari kesendirianku adalah bahwa aku bahkan tidak mengetahui dimana tempatku. Aku pastilah menjadi bagian dari sebuah cerita, tetapi aku jatuh terbuang dari kisah itu, bagaikan sehelai daun di musim hujan. 


Makassar, 17 Januari 2016

Tinggalkan komentar